The Blog

(Bangkok, Thailand, 12 Mei 2017). Kegiatan The 3rd Asia Oceania Regional IBBY (International Board on Books for Young People) Congress atau IBBY AORIC 2017 digelar dalam rangka membangun jejaring antara para spesialis dalam literatur/ sastra, ilustrator, pustakawan, pendidik, pendongeng, pencerita anak-anak.  Selama 4 hari berlangsung kegiatan presentasi, ceramah, lokakarya, dan kunjungan khusus ke beberapa tempat yang terkait dengan tema yang diusung, yaitu Read = Life: Children’s Books in the Digital Age. Para delegasi setiap negara Asia dan Oceania yang hadir saling bertukar pikiran dan pengalaman terkait tema tersebut.

Kegiatan ini digelar pada 9-12 Mei 2017, bertempat di hotel Arnoma dan Thailand Knowledge Park, Bangkok. Dalam konferensi tersebut delegasi Indonesia dari Program Studi Perpustakaan dan Ilmu Informasi, Universitas Pendidikan Indonesia, diwakili oleh seorang dosen, yaitu Susanti Agustina, M.I.Kom, dan seorang mahasiswa semester akhir, Intani Dewi Kurniasih.

Susanti mempresentasikan topik mengenai childrens’s books as education, dengan judul Content Analysis of “Serial Anak-anak Mamak” Novel for Bibliotherapy. Beliau menganalisis isi literatur anak yang ditulis oleh orang dewasa, yaitu novel karya Tere Liye yang berhasil mentransformasikan nilai-nilai psikosastra dalam buku novel karyanya. Menurutnya buku novel ini dapat menjadi medium Biblioterapi Pengembangan bagi pendidikan moral dan mental anak-anak di Indonesia.

Di samping mempresentasikan karya tulisnya, beliau juga mendampingi dan memfasilitasi mahasiswa yang sudah melaksanakan penelitian skripsinya untuk mengikutsertakan diri ke ajang IBBY AORIC 2017. Intani mengambil topik mengenai  Reading and Story telling,  dengan makalah berjudul “Optimizing the Longer Picture Book Colection by Using Read Aloud Technique”.

Khunying Dr. Kasama Voravarn, selaku presiden ThaiBBY, Thailand dalam sambutannya mengatakan bahwa kegiatan IBBY Congress ini merupakan kegiatan tahunan dimana komunitas pecinta literatur anak saling bertemu dan berbagi informasi. Beliau mengatakan bahwa kemajuan teknologi juga turut mempengaruhi cara anak dalam memperoleh informasi. Melalui konferensi ini diharapkan bukan hanya berbagi pengetahuan tetapi juga dapat menambah wawasan serta memberi masukan antar negara Asia dan Oceania  khususnya di bidang Susastra, bidang desain grafis, penerbitan, dan bidang kajian Perpustakaan dan Ilmu Informasi.

Terdapat 5 orang yang menyampaikan keynote speech, di antaranya Wally de Doncker, yang merupakan presiden IBBY. Taaki Kuroda, sebagai JapanBBY yang menyampaikan topik menarik “ Evolving Educational Books for Children-Fusion of Books and Technology”. Tak kalah menarik, pemaparan dari pemenang IBBY Asahi Reading Promotion Award 1989, Sumboon Singkamanan. Sebagai petani yang juga penulis buku anak, ia merasa perlu untuk mengangkat kearifan dari aktivitas bertani dan identitas Thailand sebagai lumbung beras ASEAN bertajuk “Thai Rice: Children Book and Digitization-Back to the Roots & Learn to Uproot”. Selain itu juga pemaparan dari Thomas Merrington, selaku Head of Product Development and the Peter Rabbit Brand Manager, Penguin Random House, UK, tentang penanaman karakter dalam buku anak karya Beatrix Potter’s yang merupakan penulis buku anak fenomenal berjudul Peter Rabbit, bertajuk “Beatrix Potter’s-Peter Rabbit: Bringing Characters to Life Beyond the Book”.

Kegiatan konferensi ini sebagai bagian dari proses pembelajaran bagi mahasiswa Perinfo Depkurtekpend FIP UPI, karena tidak cukup bagi mahasiswa jika hanya mengandalkan teori yang didapat dari seorang Dosen di kelas. Mereka juga perlu terjun langsung melihat perkembangan keilmuan di dunia luar demi mengasah keterampilan komunikasi dan mendidik mental mahasiswa. Salah satunya dengan pemberangkatan mahasiswa dan dosen ke luar negeri untuk menjadi pembicara dalam mempresentasikan makalah. Kegiatan konferensi internasional ini turut menorehkan sejarah pertama kali mahasiswa Program Studi Perpustakaan dan Ilmu Informasi menjadi delegasi mempresentasikan makalahnya di tingkat Internasional. Ke depan Prodi Perinfo juga akan terus mengembangkan kegiatan serupa bagi mahasiswanya, terutama pemagangan (internship) di luar negeri.

Intani mengatakan, “Respon positif dan strategis bagi mahasiswa Prodi Perpusinfo ini bukan hanya mendukung terwujudnya kegiatan konferensi semata, tetapi lebih kepada memastikan bahwa setiap mahasiswa dapat bertumbuh dan berkembang secara optimal, dan aktif berpartisipasi. Sebab, di balik keberhasilan seorang mahasiswa ada sosok yang luar biasa, teguh pendiriannya, yakni Dosen”, lebih lanjut Intani meyakinkan, bahwa “Dosen sosok inspirasi jika berhasil meyakinkan mahasiswanya dengan keyakinan yang dimiliki. “insyaAllah, BISA”. Beliau (Susanti Agustina), selalu memberi motivasi “luruskan niat sempurnakan ikhtiar, mumpung masih muda habiskan stok gagalnya”.

Pada kesempatan lain Susanti mengungkapkan, “sebagai dosen, kita perlu memfasilitasi tingkat partisipasi mahasiswa dalam kegiatan ilmiah. Rangsangan dalam menumbuhkembangkan mental mahasiswa memerlukan adanya partisipasi. Partisipasi ini direfleksikan dalam kesediaan, kemauan mahasiswa dalam berproses mengupayakan semua hal terkait, semangat dosen dalam membimbing, juga tak kalah penting pihak birokrasi dan keseriusan para pengambil kebijakan untuk memprioritaskan dan memudahkan proses perizinannya. Terutama dalam hal kegiatan ilmiah seperti konferensi luar negeri, internship, di samping dukungan pembiayaan yang realistis dan disesuaikan, tentunya. Alhamdulillah, UPI sudah mengupayakan itu semua”, ungkapnya.

Di samping mengunjungi Konferensi, selama di Thailand mereka pun melaksanakan kunjungan silaturahmi ke Kedutaan Besar Republik Indonesia di Thailand, diskusi informal mengenai program yang sinergis dengan pihak KBRI, terutama untuk pengembangan perpustakaan sekolah Indonesia-Thailand, kunjungan ke Masjid Jawa di Sathorn Bangkok, Thailand guna mendokumentasikan sejarahnya langsung, serta kunjungan ke Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Pusat Chulalongkorn University. Harapan ke depan, program kunjungan ilmiah mahasiswa dan dosen Prodi Perinfo FIP UPI di kancah nasional dan internasional dalam hal Tri Dharma Perguruan Tinggi semakin meningkatkan eksistensi keilmuan kepustakawanan di Indonesia. (red)