Fitria Dewi, mahasiswi Program Studi Pendidikan Perpustakaan dan Sains Informasi, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), telah menunjukkan kiprah dan dedikasinya sebagai perwakilan generasi muda santri Indonesia melalui partisipasinya dalam ajang internasional bergengsi bertajuk International Conference Santri Mendunia 2025. Kegiatan ini diselenggarakan secara lintas negara, melibatkan tiga negara di kawasan Asia Tenggara, yakni Singapura, Malaysia, dan Thailand, yang masing-masing menjadi tuan rumah dari rangkaian kegiatan edukatif, kolaboratif, dan kultural. International Conference Santri Mendunia 2025 merupakan sebuah inisiatif global yang dirancang untuk memberikan ruang interaksi dan kolaborasi bagi para santri dan mahasiswa Indonesia dengan institusi pendidikan, budaya, dan keagamaan di tingkat internasional. Dengan membawa semangat “Kolaborasi Santri: Menginspirasi Perubahan, Menjadi Teladan Dunia”, konferensi ini bertujuan memperluas cakrawala pemikiran santri terhadap isu-isu global, memperkuat diplomasi budaya, serta mendorong peran aktif santri dalam percaturan pendidikan, informasi, dan kebudayaan Islam di dunia.
Partisipasi Fitria Dewi dalam kegiatan ini menjadi representasi kontribusi aktif mahasiswa UPI dalam ranah internasional, sekaligus menjadi cerminan dari semangat keberagaman, intelektualitas, dan semangat kolaboratif santri Indonesia. Dalam setiap kunjungan dan sesi diskusi, Fitria tidak hanya berperan sebagai peserta, tetapi juga sebagai agen pembelajar yang membawa misi akademik dan nilai-nilai keislaman, sembari menyerap berbagai praktik baik dari negara lain yang relevan untuk diterapkan di Indonesia, khususnya dalam pengembangan perpustakaan, literasi informasi, dan pendidikan berbasis nilai-nilai keislaman.

Rangkaian kegiatan International Conference Santri Mendunia 2025 resmi dimulai pada tanggal 19 Mei 2025 dengan kunjungan perdana ke National University of Singapore (NUS), yang berlokasi di 21 Lower Kent Ridge Road, Singapura. NUS merupakan salah satu universitas paling prestisius di Asia dan dunia, dikenal luas atas keunggulannya dalam bidang akademik, riset inovatif, dan kemitraan global. Kehadiran para delegasi, termasuk Fitria Dewi, menjadi langkah awal yang penting dalam menjalin koneksi ilmiah serta memperluas wawasan para santri terhadap dinamika pendidikan tinggi internasional. Dalam kunjungan tersebut, para peserta disambut secara resmi oleh perwakilan kampus dan staf perpustakaan NUS. Kegiatan ini tidak hanya memberikan wawasan akademik yang luas, tetapi juga menjadi sarana diplomasi pendidikan yang mempererat hubungan antara komunitas akademik Indonesia dan Singapura. Bagi Fitria Dewi, kunjungan ini menjadi momen penting dalam proses pembelajarannya sebagai mahasiswa sekaligus santri, yang kini tidak hanya berpikir lokal, tetapi juga mulai menapaki cakrawala global dengan semangat kolaborasi dan transformasi pendidikan.
Setelah menyelesaikan agenda pertama di Singapura, perjalanan delegasi International Conference Santri Mendunia 2025 berlanjut ke negara tetangga, Malaysia, dengan kunjungan penting ke Nasyrul Quran pada tanggal 20 Mei 2025. Terletak di Jalan P14j, Putrajaya, Nasyrul Quran dikenal sebagai pusat percetakan Al-Qur’an terbesar kedua di dunia, dan menjadi simbol komitmen Malaysia dalam menjaga warisan keislaman melalui teknologi dan dedikasi tinggi terhadap penyebaran mushaf Al-Qur’an berkualitas ke berbagai penjuru dunia. Dalam kunjungan ini, para delegasi termasuk Fitria Dewi disambut oleh tim pengelola Nasyrul Quran yang memberikan pengantar sejarah berdirinya kompleks ini, proses pengembangan teknologi percetakan, serta visi mereka dalam mendukung dakwah Islam global. Kompleks percetakan ini berdiri megah di atas lahan seluas lebih dari 5.000 ekar, dengan kapasitas produksi mencapai satu juta eksemplar mushaf per tahun. Fitria dan para peserta mendapat kesempatan langka untuk menyaksikan secara langsung proses produksi Al-Qur’an, mulai dari tahap perancangan desain mushaf, penulisan kaligrafi (khat) oleh para kaligrafer profesional, hingga proses pencetakan, penyempurnaan, dan pengemasan. Delegasi juga diajak mengunjungi ruang pameran yang menampilkan berbagai koleksi mushaf dengan desain khas dari berbagai negara, serta informasi seputar distribusi Al-Qur’an ke negara-negara dengan populasi Muslim minoritas melalui program wakaf internasional.
Selain menambah wawasan tentang teknologi percetakan dan distribusi Al-Qur’an, kunjungan ini juga memberikan refleksi spiritual dan pemahaman yang lebih dalam akan pentingnya menjaga kemurnian dan kualitas mushaf sebagai pedoman hidup umat Islam. Fitria Dewi menyampaikan bahwa pengalaman tersebut memperkuat pandangannya mengenai pentingnya pengelolaan informasi keagamaan yang tidak hanya akurat, tetapi juga disampaikan dengan penuh ketulusan dan tanggung jawab moral. Kegiatan di Nasyrul Quran menjadi salah satu highlight dalam rangkaian perjalanan, karena selain memberi pengetahuan teknis dan sejarah, juga menginspirasi para santri dan mahasiswa untuk memahami pentingnya literasi keagamaan dalam bentuk yang lebih luas, yakni sebagai bagian dari diplomasi budaya, pendidikan global, dan penyebaran nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
Puncak kegiatan International Conference Santri Mendunia 2025 berlangsung meriah dan penuh makna pada tanggal 22 Mei 2025, bertempat di Gedung International Youth Conference, Kuala Lumpur, Malaysia. Mengusung tema besar “Kolaborasi Santri: Menginspirasi Perubahan, Menjadi Teladan Dunia”, konferensi ini menjadi ajang strategis bagi para santri dan mahasiswa dari berbagai penjuru Indonesia untuk menunjukkan kiprah dan gagasan mereka dalam konteks global. Acara ini diikuti oleh 40 delegasi pilihan yang berasal dari berbagai pesantren dan perguruan tinggi Islam di Indonesia, termasuk di antaranya Fitria Dewi, mahasiswi Program Studi Pendidikan Perpustakaan dan Sains Informasi, Universitas Pendidikan Indonesia. Selama konferensi berlangsung, para peserta terlibat dalam beragam rangkaian kegiatan, mulai dari diskusi panel ilmiah, pemaparan hasil penelitian atau gagasan (paper presentation) hingga sesi pertukaran budaya yang memperlihatkan keragaman tradisi santri dan kontribusinya dalam membangun dunia yang damai dan berkeadaban yang selanjutnya diakhiri dengan pemberian penghargaan sertifikat delegasi.
Konferensi ini juga diwarnai dengan pertukaran budaya antar peserta, di mana masing-masing delegasi mempersembahkan seni budaya, produk lokal pesantren, serta tradisi khas dari daerah asal mereka. Kegiatan ini menjadi momen penting untuk mempererat persaudaraan, memperluas jejaring antar lembaga, dan membuka ruang kolaborasi berkelanjutan dalam bidang pendidikan, budaya, dan sosial keislaman. Bagi Fitria Dewi, keterlibatan dalam konferensi ini merupakan pengalaman luar biasa yang tidak hanya memperkaya wawasan akademiknya, tetapi juga membentuk kesadaran baru tentang pentingnya santri sebagai agen perubahan yang mampu berpikir global dan bertindak lokal. Ia berharap, kegiatan ini dapat menjadi langkah awal menuju kolaborasi santri lintas negara yang lebih erat dan berkelanjutan di masa depan.
Setelah menyelesaikan seluruh agenda di Malaysia, delegasi International Conference Santri Mendunia 2025 melanjutkan perjalanan ke negara ketiga, yakni Thailand, tepatnya ke wilayah selatan yang dikenal dengan komunitas Muslim yang kuat dan berakar dalam tradisi. Pada tanggal 23 Mei 2025, delegasi tiba di Sangkhom Islam Wittaya School, sebuah lembaga pendidikan Islam terkemuka yang berlokasi di provinsi Songkhla. Sekolah ini dikenal karena pendekatannya yang unik dalam menggabungkan kurikulum nasional Thailand dengan nilai-nilai dan pendidikan Islam, menjadikannya contoh nyata pendidikan berbasis nilai di tengah masyarakat multikultural. Kunjungan ke Sangkhom Islam Wittaya School menjadi salah satu momen paling inspiratif dalam keseluruhan rangkaian konferensi. Fitria Dewi dan delegasi lainnya disambut secara hangat oleh jajaran pimpinan sekolah, guru-guru, serta para siswa yang dengan penuh antusias menampilkan budaya lokal dalam nuansa Islami. Acara penyambutan diawali dengan pertunjukan seni dan pembacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an oleh siswa-siswi sekolah, menciptakan suasana yang khidmat namun bersahabat.
Delegasi kemudian mengikuti sesi pengenalan sekolah yang membahas filosofi pendidikan di Sangkhom Islam Wittaya School, yang menekankan pentingnya integrasi antara akademik, spiritualitas, dan keterampilan hidup. Dalam sesi observasi kelas, Fitria berkesempatan menyaksikan langsung proses pembelajaran yang berlangsung dalam suasana disiplin namun humanis. Guru-guru menyampaikan materi dengan pendekatan interaktif dan kontekstual, sementara para siswa menunjukkan semangat belajar yang tinggi. Delegasi juga berdialog dengan guru dan siswa mengenai tantangan yang dihadapi pendidikan Islam di Thailand, serta upaya yang dilakukan sekolah dalam memelihara identitas keislaman di tengah masyarakat yang majemuk. Kegiatan ini tidak hanya memberikan gambaran nyata tentang praktik pendidikan Islam di luar Indonesia, tetapi juga membuka ruang refleksi dan perbandingan yang konstruktif. Fitria Dewi mengakui bahwa pengalaman di Sangkhom Islam Wittaya School telah memperkaya pemahamannya tentang pendidikan lintas budaya, serta memperkuat keyakinannya bahwa nilai-nilai Islam dapat diimplementasikan secara adaptif dalam konteks sosial dan budaya yang berbeda.

Di akhir kunjungan, delegasi dan pihak sekolah saling bertukar cinderamata sebagai simbol persahabatan dan harapan kolaborasi di masa depan. Kunjungan ini menjadi pengingat bahwa pendidikan Islam memiliki peran penting dalam membangun peradaban, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga dalam skala global yang saling terhubung dan saling belajar.
Sebagai penutup dari seluruh rangkaian International Conference Santri Mendunia 2025, para delegasi diberi kesempatan untuk mengikuti kegiatan city tour di masing-masing negara yang dikunjungi. Kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana rekreasi dan relaksasi setelah menjalani jadwal padat, tetapi juga menjadi bagian dari pembelajaran kultural yang penting dalam memperkaya pengalaman para peserta mengenai keragaman budaya, sejarah, dan identitas nasional negara-negara di Asia Tenggara.
Di Singapura, city tour dimulai dengan kunjungan ke Universal Studios Singapore, taman hiburan kelas dunia yang menjadi ikon destinasi wisata edukatif dan hiburan keluarga. Fitria Dewi dan peserta lainnya menikmati berbagai wahana bertema film, sekaligus mengamati bagaimana industri hiburan dapat menjadi media pembelajaran kreatif dan rekreasi sehat. Kegiatan dilanjutkan dengan kunjungan ke Merlion Park, tempat berdirinya patung legendaris Merlion, simbol negara Singapura. Di tempat ini, para peserta diajak merenungkan makna simbolik Merlion sebagai lambang semangat maritim dan kemajuan ekonomi, sembari menikmati pemandangan Marina Bay yang futuristik.
Di Malaysia, city tour dilaksanakan di jantung ibu kota, Kuala Lumpur. Para delegasi mengunjungi Menara Kembar Petronas (Petronas Twin Towers), salah satu bangunan tertinggi di dunia yang mencerminkan kemajuan teknologi dan arsitektur modern Malaysia. Fitria Dewi mengabadikan momen kebersamaan dengan delegasi lain di sekitar menara sebagai kenangan akan pengalaman lintas budaya yang luar biasa. Selain itu, para peserta juga menyempatkan diri berkeliling area pusat kota yang penuh dengan keragaman etnis dan budaya, dari Melayu, Cina, India hingga Arab, yang hidup berdampingan dalam semangat harmoni.
Sementara itu, di Thailand, city tour berlangsung di wilayah Songkhla, sebuah provinsi di selatan Thailand yang memiliki populasi Muslim cukup signifikan. Para peserta mengunjungi Sleeping Buddha Temple, kuil Buddha dengan patung Buddha tidur yang megah dan sakral. Kunjungan ini memberi pengalaman unik dalam memahami praktik keagamaan mayoritas masyarakat Thailand, serta menumbuhkan sikap saling menghormati terhadap perbedaan keyakinan. Kegiatan ditutup dengan mengunjungi Pantai Songkhla (Songkhla Beach), di mana para peserta menikmati keindahan alam sambil merefleksikan seluruh pengalaman selama konferensi. Suasana santai di tepi pantai menjadi momen tepat untuk mempererat silaturahmi antar delegasi dan berbagi kesan perjalanan.
Bagi Fitria Dewi, kegiatan city tour ini tidak hanya menjadi waktu istirahat dan hiburan, tetapi juga memperkaya pemahaman tentang nilai-nilai toleransi, keberagaman budaya, dan keterbukaan terhadap dunia luar. Ia menyadari bahwa perjalanan ini bukan sekadar kunjungan, melainkan proses pembelajaran menyeluruh tentang bagaimana santri dapat menjadi bagian aktif dari dunia yang saling terhubung, serta berkontribusi dalam membangun peradaban yang menghargai ilmu pengetahuan, budaya, dan nilai-nilai kemanusiaan.
